Imam Nahrowi, TKI dari Korea Selatan 2002 yang kini sukses sebagai pengusaha dan pengembangan pasar TKI |
Lampung,
BNP2TKI, Selasa (13/10) – Imam Nahrowi selama beberapa hari menjadi
bintang. Tutur katanya menjadi mantra, sementara tayangan berbagai stasiun
televisi mengenai dirinya disimak para peserta pertemuan dengan penuh
kekaguman. Mantan TKI di Korea Selatan itu sukses membius peserta pelatihan
dengan berbagai kisah dan motivasi. Semuanya disampaikan pada kegiatan
pelatihan pemberdayaan TKI-B/WNI-O di desa Margosari Kecamatan Metro Kibang
(8/10) dan Desa Batang Harjo Kabupaten Lampung Timur (7/10).
BP3TKI Lampung sengaja mengundang Imam Nahrowi, yang kini menjadi pengusaha sukses sebagai narasumber latihan pemberdayaan tersebut.
Menurut Imam, menjadi Tenaga Kerja Indonesia (TKI) yang bekerja di luar negeri umumnya bukan merupakan cita-cita. Dengan kata lain, menjadi TKI merupakan keputusan yang diambil sebagai konsekuensi atas sulitnya mendapatkan pekerjaan di dalam negeri. Namun demikian, jika disertai dengan perencanaan yang matang sementara kiriman uang dikelola secara bijaksana dan penuh perhitungan, ketekunan serta kerja keras, maka menjadi TKI dapat menjadi batu loncatan menuju kehidupan yang lebih baik.
Pergi untuk menjadi TKI harus punya target. Dia berangkat menjadi TKI ke Korea Selatan pada tahun 2002 dengan target untuk mengubah kehidupan, karena gajinya sebagai pekerja di pabrik pengolahan pisang, tidak kunjung mencukupi, ujarnya. “Istri saya sempat berpesan dan memberi saya dua pilihan saat akan berangkat yaitu, pulang dan berhasil membuat iri tetangga karena sukses atau pulang dengan malu karena disorakin tetangga gara-gara tidak sukses,” tutur Imam.
Membuat Pasar
Berbekal pesan dari sang istri tadi, Imam pun bekerja di perusahaan tekstil di Pusan, Korea Selatan. Tekad, usaha keras dan kejujuran membuat Imam bisa mengumpulkan modal untuk menjadi pengusaha. Sekembalinya dari Korea Selatan, memiliki sejumlah usaha dengan nilai milyaran rupiah. Saat ini Imam mempunyai toko bahan bangunan, ruko dan aset lainnya. Namun, yang membuatnya terkenal adalah keberhasilannya mendirikan pasar TKI di Labuhan Ratu, Lampung Timur. Pasar dengan 70 toko yang semua penjualnya adalah mantan TKI.
Pendirian pasar ini katanya, merupakan wujud prihatin karena banyak ditemukan mantan TKI yang kembali miskin setelah pulang ke kampung halamannya. Semuanya akibat para mantan TKI berperilaku konsumtif dan tidak bisa mengelola uang hasil jerih payah selama bekerja di luar negeri. “Pasar itu untuk memotivasi mereka agar tidak lagi menjadi TKI dan sukses berwirausaha,” katanya.
Berulang kali Imam Nahrowi menyampaikan bahwa tidak ada yang sia-sia dari usaha sekecil apapun yang seseorang lakukan. Tayangan-tayangan mengenai dirinya di beberapa televisi nasional turut ditampilkan pula disela penyampaian materi. “Apa yang saya tampilkan di tayangan ini, semata-mata untuk memotivasi bapak-ibu untuk berkeyakinan memulai usahanya,” lanjutnya.
Membangkitkan semangat!
Nur Rohim, salah seorang peserta kegiatan pelatihan di Desa Margo Sari mengungkapkan kekagumannya kepada niat, usaha dan keberhasilan Imam Nahrowi hingga bisa menjadi seorang pengusaha sukses. “Hari ini, pak Imam sukses membuat saya jadi punya keyakinan guna memulai usaha. Sekecil apapun niat nggak ada yang sia-sia kalau dilaksanakan,” ungkapnya kepada panitia pelaksana.
Dewasa ini BP3TKI Lampung menjadikan pengolahan industri kerajinan bambu dari Paguyuban Krajan dan Pengrajin Sangkar Burung Maju Lancar serta usaha penggemukan ternak sebagai materi utama dalam pelatihan edukasi pemberdayaan di Kabupaten Lampung Timur. Yang menggembirakan, para pengusaha tidak hanya memberikan pelatihan dan pengembangan usaha, namun juga siap untuk menampung hasil karya peserta pelatihan untuk dipasarkan.
“Diawal saya akan bantu pemasarannya, sampai bapak-ibu bisa mandiri dan mengembangkan pasarnya sendiri” ungkap Samadi, Pengurus Paguyuban Krajan, berulang kali di sela penyampaian materi.
Dalam proses pelatihan di kedua tempat ini, BP3TKI Lampung juga melibatkan dan mengintegrasikan berbagai potensi, seperti pengusaha lokal , Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Lampung Timur, Dinas Koperasi & UMKM dan Lembaga Keuangan Mikro (BMT) dengan harapan peserta pelatihan tersebut akan menemukan potensinya untuk mandiri karena terintegrasi dengan potensi ekonomi setempat.***(Humas - BP3TKI Lampung/ASBG)
BP3TKI Lampung sengaja mengundang Imam Nahrowi, yang kini menjadi pengusaha sukses sebagai narasumber latihan pemberdayaan tersebut.
Menurut Imam, menjadi Tenaga Kerja Indonesia (TKI) yang bekerja di luar negeri umumnya bukan merupakan cita-cita. Dengan kata lain, menjadi TKI merupakan keputusan yang diambil sebagai konsekuensi atas sulitnya mendapatkan pekerjaan di dalam negeri. Namun demikian, jika disertai dengan perencanaan yang matang sementara kiriman uang dikelola secara bijaksana dan penuh perhitungan, ketekunan serta kerja keras, maka menjadi TKI dapat menjadi batu loncatan menuju kehidupan yang lebih baik.
Pergi untuk menjadi TKI harus punya target. Dia berangkat menjadi TKI ke Korea Selatan pada tahun 2002 dengan target untuk mengubah kehidupan, karena gajinya sebagai pekerja di pabrik pengolahan pisang, tidak kunjung mencukupi, ujarnya. “Istri saya sempat berpesan dan memberi saya dua pilihan saat akan berangkat yaitu, pulang dan berhasil membuat iri tetangga karena sukses atau pulang dengan malu karena disorakin tetangga gara-gara tidak sukses,” tutur Imam.
Membuat Pasar
Berbekal pesan dari sang istri tadi, Imam pun bekerja di perusahaan tekstil di Pusan, Korea Selatan. Tekad, usaha keras dan kejujuran membuat Imam bisa mengumpulkan modal untuk menjadi pengusaha. Sekembalinya dari Korea Selatan, memiliki sejumlah usaha dengan nilai milyaran rupiah. Saat ini Imam mempunyai toko bahan bangunan, ruko dan aset lainnya. Namun, yang membuatnya terkenal adalah keberhasilannya mendirikan pasar TKI di Labuhan Ratu, Lampung Timur. Pasar dengan 70 toko yang semua penjualnya adalah mantan TKI.
Pendirian pasar ini katanya, merupakan wujud prihatin karena banyak ditemukan mantan TKI yang kembali miskin setelah pulang ke kampung halamannya. Semuanya akibat para mantan TKI berperilaku konsumtif dan tidak bisa mengelola uang hasil jerih payah selama bekerja di luar negeri. “Pasar itu untuk memotivasi mereka agar tidak lagi menjadi TKI dan sukses berwirausaha,” katanya.
Berulang kali Imam Nahrowi menyampaikan bahwa tidak ada yang sia-sia dari usaha sekecil apapun yang seseorang lakukan. Tayangan-tayangan mengenai dirinya di beberapa televisi nasional turut ditampilkan pula disela penyampaian materi. “Apa yang saya tampilkan di tayangan ini, semata-mata untuk memotivasi bapak-ibu untuk berkeyakinan memulai usahanya,” lanjutnya.
Membangkitkan semangat!
Nur Rohim, salah seorang peserta kegiatan pelatihan di Desa Margo Sari mengungkapkan kekagumannya kepada niat, usaha dan keberhasilan Imam Nahrowi hingga bisa menjadi seorang pengusaha sukses. “Hari ini, pak Imam sukses membuat saya jadi punya keyakinan guna memulai usaha. Sekecil apapun niat nggak ada yang sia-sia kalau dilaksanakan,” ungkapnya kepada panitia pelaksana.
Dewasa ini BP3TKI Lampung menjadikan pengolahan industri kerajinan bambu dari Paguyuban Krajan dan Pengrajin Sangkar Burung Maju Lancar serta usaha penggemukan ternak sebagai materi utama dalam pelatihan edukasi pemberdayaan di Kabupaten Lampung Timur. Yang menggembirakan, para pengusaha tidak hanya memberikan pelatihan dan pengembangan usaha, namun juga siap untuk menampung hasil karya peserta pelatihan untuk dipasarkan.
“Diawal saya akan bantu pemasarannya, sampai bapak-ibu bisa mandiri dan mengembangkan pasarnya sendiri” ungkap Samadi, Pengurus Paguyuban Krajan, berulang kali di sela penyampaian materi.
Dalam proses pelatihan di kedua tempat ini, BP3TKI Lampung juga melibatkan dan mengintegrasikan berbagai potensi, seperti pengusaha lokal , Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Lampung Timur, Dinas Koperasi & UMKM dan Lembaga Keuangan Mikro (BMT) dengan harapan peserta pelatihan tersebut akan menemukan potensinya untuk mandiri karena terintegrasi dengan potensi ekonomi setempat.***(Humas - BP3TKI Lampung/ASBG)
source: bnp2tki.go.id
Tidak ada komentar:
Posting Komentar