Senin, 21 Oktober 2013

Karena Pers Itu ANJING . . . . . . .

Beberapa waktu yang lalu ketika sedang ngobrol ringan dengan seorang teman sembari menonton televisi yang kala itu sedang menyiarkan program acara berita kriminal, teman gue sempat berujar “apaan sih berita di tv ini, cuma keburukan aja kayanya yg ditampilin” .  Pernyataan teman gue pun gue tanggapi secara sederhana dengan “yah program acaranya aja emang ngebahas hal begituan, terus ngapa masih lu tonton?” seketika dia pun mengubah-ubah channel televise, berharap terdapat program acara yg disukainya.

Ngapa sih pers suka ngeberitaian sesuatu yang salah daripada yang benar?
Yang bobrok daripada keteraturan?
Pelanggaran daripada ketaatan? 
Kegagalan daripada kesuksesan?
Dan kejahatan daripada kebaikan?

Pada tulisan sederhana kali ini gue mau coba sharring apa yang gue tau. Jawaban dari segelintir pertanyaan diatas menurut gue sih simple, oleh karena salah satu fungsinya pers situ sendiri adalah control sosial. Ya, control sosial, pers sering berperan sebagai anjing penjaga (watch dog). Pers melakukan kritik dan koreksi terhadap segala sesuatu yang menurutnya tidak beres dalam segala bidang persoalan. Pandangan seperti yang diutarakan dalam segelintir pertanyaan diatas Cuma ngelihat peran & funsi pers dengan tidak komprehensif, Cuma sebatas parsial dan too old school  dengan ngasumsiin kalo khalayak pembaca itu Cuma kumpulan orang bodoh yang mau begitu aja disuapi informasi pers seburuk apa pun. Mayoritas  khalayak pembaca gue rasa kumpulan orang yg kritis, ya walaupun gak seluruhnya demikian. Oleh sebab itu, mereka juga nyeleksi informasi-informasi yg sampai kepadanya melalui pers dengan berbagai kriterianya masing-masing. Simpelnya begini, informasi yg tidak mencerdaskan dan memperluas pengetahuan cenderung ditinggalin atau hanya dibaca oleh kelompok masyarakat yg kurang dalam pendidikan dan pengetahuan. Nah kalo udah tau kau gak suka tapi masih kau tonton atau baca gimana? Kusebut kau bodoh pun itu kenyataan :v






Lembaga pers sering dianggap sebagai pilar keempat demokrasi. Kebebasan pers menurut gue jadi syarat mutlak agar pers secara optimal mungkin bisa melakukan peranannya. Coba bayangin gimana pers dapat dijalanin kalo enggak ada jaminan terhadap kebebasan pers? Ya, beresiko memang, bisa – bisa malah menjadi terlalu bebas, seorang novelis terkenal asal Prancis, Albert Camus, pernah mengatakan bahwa pers bebas bisa baik dan bisa pula buruk, namun tanpa pers bebas yang ada hanya celaka.

Akhir kata terima kasih buat yang sudah mau baca, saya pamit diri, terlalu banyak bicara akan banyak pula kesalahan yang dibuat, dosa pun menumpuk.

@ndruuHC
21 Oktober 2013, 22:40 WIB






Tidak ada komentar:

Posting Komentar