Beberapa waktu yang lalu ketika sedang ngobrol ringan dengan
seorang teman sembari menonton televisi yang kala itu sedang menyiarkan program
acara berita kriminal, teman gue sempat berujar “apaan sih berita di tv ini, cuma keburukan aja kayanya yg
ditampilin” . Pernyataan teman gue
pun gue tanggapi secara sederhana dengan “yah program acaranya aja emang
ngebahas hal begituan, terus ngapa masih lu tonton?” seketika dia pun mengubah-ubah
channel televise, berharap terdapat program acara yg disukainya.
Ngapa sih pers suka ngeberitaian sesuatu yang salah daripada
yang benar?
Yang bobrok daripada keteraturan?
Pelanggaran daripada ketaatan?
Kegagalan daripada kesuksesan?
Dan kejahatan daripada kebaikan?
Pada tulisan sederhana kali ini gue mau coba sharring apa
yang gue tau. Jawaban dari segelintir pertanyaan diatas menurut gue sih simple,
oleh karena salah satu fungsinya pers situ sendiri adalah control sosial. Ya, control
sosial, pers sering berperan sebagai anjing penjaga (watch dog). Pers melakukan kritik dan koreksi terhadap segala
sesuatu yang menurutnya tidak beres dalam segala bidang persoalan. Pandangan
seperti yang diutarakan dalam segelintir pertanyaan diatas Cuma ngelihat peran
& funsi pers dengan tidak komprehensif, Cuma sebatas parsial dan too old school dengan ngasumsiin kalo khalayak pembaca itu Cuma
kumpulan orang bodoh yang mau begitu aja disuapi informasi pers seburuk apa
pun. Mayoritas khalayak pembaca gue rasa
kumpulan orang yg kritis, ya walaupun gak seluruhnya demikian. Oleh sebab itu,
mereka juga nyeleksi informasi-informasi yg sampai kepadanya melalui pers
dengan berbagai kriterianya masing-masing. Simpelnya begini, informasi yg tidak
mencerdaskan dan memperluas pengetahuan cenderung ditinggalin atau hanya dibaca
oleh kelompok masyarakat yg kurang dalam pendidikan dan pengetahuan. Nah kalo
udah tau kau gak suka tapi masih kau tonton atau baca gimana? Kusebut kau bodoh
pun itu kenyataan :v
Lembaga pers sering dianggap sebagai pilar keempat
demokrasi. Kebebasan pers menurut gue jadi syarat mutlak agar pers secara
optimal mungkin bisa melakukan peranannya. Coba bayangin gimana pers dapat
dijalanin kalo enggak ada jaminan terhadap kebebasan pers? Ya, beresiko memang,
bisa – bisa malah menjadi terlalu bebas, seorang novelis terkenal asal Prancis,
Albert Camus, pernah mengatakan bahwa pers bebas bisa baik dan bisa pula buruk,
namun tanpa pers bebas yang ada hanya celaka.
Akhir kata terima kasih buat yang sudah mau baca, saya pamit
diri, terlalu banyak bicara akan banyak pula kesalahan yang dibuat, dosa pun
menumpuk.
@ndruuHC
21 Oktober 2013, 22:40 WIB
Tidak ada komentar:
Posting Komentar