Sabtu, 26 Februari 2011

SERIINGAI DALAM LIRIK

 SERINGAI 

ARIAN13 (voc)



PURITAN
"Orang kadang dihakimi oleh mereka yang merasa dirinyalah yang ‘tersuci’, di sini kami(SERINGAI) menyebutnya sebagai ‘puritan’. Atau mereka yang sangat tahu tentang agama justru berusaha menjatuhkan orang lain, beragama atau juga yang tidak beragama. Polisi moral? Seringkali dalam diskusi, mempertanyakan agama adalah hal yang tabu dan ‘kafir’ menjadi serangan personal dan menyudutkan mereka yang , ‘non-believer’. Dari awal, sebagian besar dari kita tidak pernah dapat memilih : Sejak kecil saya sudah ‘dipilihkan’. Setelah beranjak dewasa, kita bisa memilih ataupun tidak memilih. Ini adalah pilihan personal, dan tidak ada yang berhak menghakimi pilihan personal kita... Who are you to judge?"


Sucikan aku, tak murni, tutup mataku. Biarkan doktrin ini lekat dalam hatiku. Eliminasi, streilisasi, murni jiwaku. Perisai penglihatan, pagari pikiran. Moral? PURITAN. ‘Jangan tanya tapi lakukan.’ Genosida generasi dalam samaran. Bidak permainan cuci otak. Purifikasi, hakimi, menutup jalan. Melihat diri dalam cermin retak. Norma? PURITAN. ‘Jangan tanya tapi lakukan.’ Nilai? PURITAN. Terbunuh, nati hilangkan gairah.

ALKOHOL
"Sebuah anthem bagi kalian yang masih saja ‘seperti anak kecil atau ‘tidak dewasa’. Stupid lyrics as well, for the sake of run. Adalah hakmu untuk tetap masa muda, berkelakuan muda dan ‘tidak dewasa’, selama kalian masih tetap ‘hidup’. Dalam kasus kami, salah satu yang sangat mendefinisikan kami adalah menikmati waktu tanpa harus menyusahkan orang lain. Negatif? We don’t think so. We are for real. ‘Alkohol’ adalah referensi kami yang paling universal dan ikon ketidak pedulian. Sekali lagi, ini hanyalah contoh, dan kami sungguh tidak perduli pada anggapan orang. Kami tidak menyusahkan kok. Hehehe. Stay Young..."

Yeah! Usiaku tak bertambah muda. Tapi sikapku menolak tua. Ebergiku oktan tinggi. Membakar nafsu hidup, tetaplah muda. Alkohol. Yeah. Tetap anak enggan dewasa. Nafas ini, tak henti berjalan. Lagu ini untuk kalian : Generasi menolak tua. Alkohol. Yeah. Hey. Alkohol. Usiakutak bertambah muda. Tapi sikap ku menolak tua energi ku oktan tinggi. Membakar nafsu hidup tetaplah muda. Alkohol. Yeah! Nafas ini tak henti berjalan, yeah.

Akselerasi Maksimum
Dunia kan tetap berputar, hanya saja melewatimu. Mungkin kehilangan momen, mungkin juga tak jauh berbeda. Ketika keinginan untuk hidup dibungkam dan tercekal, gairah sengaja dimatikan, hidupmu berakhir. Yeah. Injak pedal dalam. Ini hidupmu. Yeah. Injak pedal dalam ini hidupmu. Tak mungkin menang besar kalau tak berani tarung besar, takut akan kehilangan banyak akan membuat dirimu lumpuh. Terbakar dingin dan memberku panas. Hidup hanya sekali dan lakukan yang terbaik dari mu. Akselerasikan dirimu. Pastikan kita menangkan, perang ini hanya sebuah tes semata. Ah yeah, Menarilah bersamaku malam ini juga. Lewati perang ini, kita akan menangkan. Yeah. Injak pedal dalam. Ini hidupku. Yeah. Injak pedal dalam. Ini hidupku.

MEMBAKAR JAKARTA
"Kalau anda berpikir lagu ini secara harafiah, anada salah. Ini tentang perasaan personal yang biasa terjadi terutama pada masyarakat urban. Apalagi sebuah kota besar ‘Jakarta’ disini hanya menjadi ikon, menjadi perumpamaan. Siapapun yang hidup dalam dunia urban dan rutinitas terlalu lama akan merasakan kebosanan [dan bisa jadi kemarahan], dan kadang pada titik puncaknya bisa ‘meledak’. Mungkin lagu ini bisa meredam ledakan tersebut, mugkin juga tidak, yang pasti let’s have fun and scream to this one together... "

Rutinitas ini, kebosanan ini, begitu nyata. Tak ada rantai tak ada belenggu, tenggelam dan masih bernafas. Mendesain kehidupan, mendesain kematian, semua yang tercipta. Hanya lah ilusi, mengejar impian, hanyut dalam kemanjaan. Redefinisi perbudakan : rasakan tangan mencekik dirimu. Redefinisi kehidupan : rasakan udara kebebasan. Rutinitas ini akankah berhenti, selamatkan dirimu. Distraksi ini, kepuasan ini, kesemuan kini. Merekan keseharian, merekam keseluruhan, segala yang tertunda. Menjadikan bias, mendstorsi makna, tenggelam dalam. Redefinisi perbudakan : rasakan tangan mencekik dirimu. Redefinisi kehidupan : rasakan udara kebebasan. Mari sini, berdansa denganku: membakar Jakarta. Sekali ini, berdansa denganku: membakar Jakarta. Rutinitas ini, akankan berhenti, selamatkan dirimu. Distraksi ini, kepuasan ini, kesemuan kini. Mari sini, berdansa denganku: membakar Jakarta. Sekali ini, berdansa denganku..

LENCANA
"Yeah, this is an anti – cop song, ‘Melindungi dan Melayani’.. untuk siapa? Enough said. "

Kekuatanmu di balik lencana, miliki senjata membuatmu lebih bergaya? Lelucon sedih ketika semua dibawah kendali, lecehkan mereka yang tak punya lencana. Melindung? Melayani? Saatnya ambil kendali. Kami takkan ikuti langkahmu, layani mereka yang salahgunakan kekuatan. Siapa yang mereka lindungi? Jelas bukan kita, rapatkan barisan. Melinungi? Melayani? Saatnya ambil kendali. Melindungi Siapa? Melayani Siapa?

===================================================================


berhenti di 15.
Didedikasikan bagi siapa saja yang konsisten merasakan sensasi hidup oktan tinggi ketika "berumur 15 tahun: energi ketika menikmati slamdance di konser musik rock & heavy metal, mengkoleksi segala hal yang berbau musik kesukaan, bangga menampakkan identitas, dan lainnya. Beberapa pihak kadang melihat konsistensi ini sebagai tanda tidak pernah dewasa, tidak sesuai umur. Dan tidak juga menjadi masalah. Di motor satu ini, umur hanyalah bagaikan angka-angka di speedometer. Injak pedal dalam! [ricky]  "

“Apa kabar semua? sehat? Apakah baik-baik saja? Mari bergabung dengan rock oktan tinggi! Yang di belakang silahkan maju saja, masih ada ruang kosong kok disini. Sudah siap? Yuk, mulai!” Berdansa, dengan gaya liar. Headbang, ini menyenangkan. Menggila, seperti masih berumur limabelas. Teman-teman dan musik keras. Rasa ini adalah rumah, tak perlu diredam. Tetap seperti dulu, karena api tak pernah padam. “Bagaimana? Semua having fun? Anda yang didepan? Cukupkah senang? 1,2,3,4! Laki, perempuan, siapa saja boleh ikutan. OK? Yuk, hajar!” Persetan dengan fashion, tata rambut tidak penting. Apapun yang leluasa, cukup t-shirt, dengan jeans. Siapa peduli dibilang tak tahu malu? Toh tidak mengganggu. Kalau ini terlalu keras, mungkin saja, mungkin saja sikapmu tua. Berhenti di 15, kami senang sekali. Berhenti di 15, thrashin’ sampai mati. Berhenti di 15, fun ini tak berhenti. Berhenti di 15, bersiap, mulai lagi!   
  

psikadelia disko doom.
"Sebuah ode untuk klub-klub kecil, dan promotor kecil yang pernah rutin membuat event-event untuk musik cutting edge dan band-band underrated. Venue-venue ini menjadi ‘rumah’, dimana kami selalu nyaman untuk datang. Dari era klub kecil seperti BB’s, Parc, Rouge, di Jakarta hingga Classic Rock dan TRL di Bandung. Sayangnya, venue-venue ini biasanya tidak bertahan lama, dan tutup. Kami memiliki mimpi untuk memiliki venue yang mampu bertahan lama dan tetap menghasilkan. [arian13]  "

Pesta ini belum lama mulai: dinding be-resonansi. Ada tawa dan ada bicara, menyenangkan selama terjadi. Nyanyikan isi hatimu, nyanyikan setulusnya. Nyanyikan semua pemikiranmu, sampai mereka, mendengarkan. Bila ini, rumahku, bagaimana aku meluangkan malamku. Bila ini, teman-temanku tunjukkan gairah, cinta hidup. Kan kumainkan lagu ini, dari awal sampai ke akhir. Tiap lirik kan berarti bagiku, sebagaimana berarti bagimu. Dansakan turuti hatimu, dansakan revolusimu. Dansakan kejujuranmu, dansa bersama beat enerjik. Bila ini, rumahku, bagaimana aku meluangkan malamku. Bila ini, teman-temanku tunjukkan gairah, cinta hidup. Bila ini, komunikasi. Semua ini. Senjata sonik lewat speaker, degup jantung yang mengencang. Geram suara yang audibel, lanjutkanlah pesta ini! Hey, hey. Dansakan revolusi. Tiada hari esok. Nyanyikan isi hati.    

amplifier.
"Dari dulu entah mengapa, bagi kami pengalaman nikmat tertinggi dalam menyaksikan sajian musik adalah ketika melihat sebuah band rock bermain diatas panggung dengan sikap seolah tak ada hari esok. Dan kini ketika kami memainkannya diatas panggung, adrenalin itu pun berlipat ganda dengan energi dari crowd yang terpancar balik. Bagi yang ingin mencoba, semua orang diundang. Termasuk kalian. [ricky]  "

Sebuah show rock, selatan Jakarta. Gitar, drum, bass, dan mikrofon. Ledakkan suara puluhribu watt. Thrashing dan slamming, hey! Hidupku, musik, distorsi. Ambil mic dan mulai menyalak. Menghantam telinga, bass menggilas. Adrenalin meningkat, kau menggila. Sembah sang dewa drum, dia merentet! Yang tak kuat menyingkir. Amplifier memanas! Seperti senjata mesin, kami bidikkan gitar! Drum! Bass! Amplifier memanas!


  mengadili persepsi [bermain tuhan].
“Wahai calon anakku yang masih berupa benih dalam kelaminku, semoga di masa kau lahir, kau tidak perlu lagi berurusan dengan polisi-polisi moral yang membawa diri atas nama Tuhan, bisa seenaknya menginjak-injak privasi dan kebebasan berekspresi kalian, hanya karena perbedaan persepsi. Semoga kaum puritan tersebut sudah punah disaat kau besar nanti. Amin.” [khemod]
Lagu ini mungkin jadi soundtrack hidup kamu yang selalu mempertanyakan sesuatu. Mungkin contoh yang paling mudah, adalah perancangan RUU APP. Sesuatu yang dikira sebagai kebebasan individu sekarang hendak diatur oleh negara. Padahal kita semua tahu, ada lebih banyak hal penting lainnya yang harus diurus. Bukan kebebasan untuk melindungi tapi seharusnya melindungi kebebasan. [sammy]
Dari yang mencoba membakukan persepsi, hingga mereka yang bermain Tuhan. Intervensi masalah pribadi, merasa lebih suci dan benar, dan membuat pembenaran untuk melakukan kekerasan [dari sweeping buku ‘kiri’ sampai penghancuran tempat hiburan]. Hipokrit sejati memupuk kebodohan. Kami sudah muak. Pernah berpikir untuk melawan? We should. [arian13]   

Individu, individu merdeka. Selamat datang di era kemunduran, pikiran tertutup jadi andalan. Praduga tumbuh tenteram, menghakimi sepihak, sebar ketakutan. Membakukan persepsi, bukan jadi jawaban atau gagasan bijak. Selangkah maju ke depan, empat langkah ke belakang, kita takkan beranjak. Mereka bermain Tuhan. Merasa benar, menjajah nalar. Dan kalau kita membiarkan saja, anak kita berikutnya. Individu, individu merdeka. Selamat tinggal, era kemajuan, lupakan harapan dan kehidupan. Menjauh dari akar masalah, mendekatkan kepada kebodohan yang dipertahankan. Privasi. Seni. Siapa engkau yang menghakimi? Masih banyak masalah, dan lebih krusial, tidak bicara asal. Mereka bermain tuhan.Merasa benar, menjajah nalar. Dan kalau kita membiarkan saja, anak kita berikutnya. “Sudahkah merdeka? Sudahkah dirimu merdeka?” Individu, individu merdeka.



  menelan mentah, semua ini tak akan bertahan lama.
"Trend = penyeragaman? Dunia akan jadi tempat yang membosankan kalau setiap orang menjadi serupa, sesuai dengan trend yang disuapi kepada kita. Apa yang salah dengan menjadi beda dan orisinil? [khemod] Trend itu sebenarnya fenomena biasa, dan wajar. Hanya saja ketika trend kemudian dijual secara masif kepada kita, dipaksakan secara tidak sadar dan menjadikan kita menjadi sesuatu yang sebenarnya tidak, atau mungkin lebih parah lagi, membodohi kita, artinya ada sesuatu yang salah. Mereka atau kita? Mereka terus menjual, dan kita sadar tidak sadar, terus membeli. [arian13]  "

Aku dalam tensi tinggi sayang, dengan fashion mutakhir. Takkan mungkin ketinggalan sayang, dengan trend terakhir. Tak-kah muak dirimu dengan apa yang dijual kepadamu? Tak-kah lelah hanya ikut arus, kini semua sama. Aku bilang “bakar saja sayang”, kita tinggalkan. Lemparkan sedikit pasir sayang, mesin kita hancurkan. Hey kau. Mari, tendang dunia. Persetan dengan fashion mutakhir. Persetan dengan fashion mutakhir.


skeptikal.
"Mereka mengatakan generasi kami adalah generasi apatis. Ketika mereka selalu memberikan janji saja tanpa pernah ada realisasinya, tentu saja kami apatis. Ketika kami menjadi skeptis terhadap apapun rencana mereka, siapa yang dapat menyalahkan?" [arian13]  

Aku lelah dengar ocehmu. Aku lelah telan janjimu. Aku akan hapuskan, senyum itu diwajahmu. Kini aku mengerti mengapa kami marah dengan dunia ini. Kini aku mengerti, tak mungkin terulang lagi. Kini sikapku skeptikal. Aku skeptis. Hitam membasahi duniamu. Diam kini bukan emas. Kami skeptis. Waktu tiba, pukul balik. Hidup di era absurd, replika neraka. Kita versus mereka, disilusi, janji hampa. Uang dan negara telah menjualmu, tak salah ketika kami ragu, kami sinis, pukul balik, pukul balik. Fakta yang terdistorsi, kebohongan terencana. Tak salah, ketika kami kemudian ragu, ketika kami kemudian sinis, dan akhirnya memukul balik.    


serigala militia.
"Ini untuk fans kami, para serigala. Kami bukan siapa-siapa tanpa mereka. Howl!" [sammy]   

Teralienasi, terhakimi. Kalian bukan mereka, Era baru, milik kalian, hapus norma usang. Tampak beda, tak meyakinkan? Hanya sisi luar saja. Kau serigala, yang teredam, cukup sudah kau terinjak. Buka pikiranmu [luaskan sudut pandang]. Lelah dengan perlakuan dunia, saat unjuk taring. Mereka tak mengerti [serigala]. Kau tidak sendiri [militia]. Lewati jalan nya hari ini. Lewati jalan, tetap impresif. Ayo. Kita taklukan.   



citra natural.
"Cantik tidak berarti putih, rambut lurus panjang, dan seterusnya. Cantik adalah bagaimana kamu merepresentasikan dirimu, cantik dari dalam jauh lebih penting. Ya, lihat bagaimana para produk dan advertising bekerja keras membuat kita percaya kalau persepsi cantik dapat disamakan dan dikotakkan. Kami tidak setuju. [arian13] Kenapa kita tidak bisa nyaman dengan diri kita sendiri?" [khemod]

  Hey sayang, mengapa engkau cemas? Tak usah menjadi sesuatu yang bukan dirimu. Termakan, terbuai, dengan segala citra emas. Nilai diri, mengapa jadi ragu? Biarkanlah, tak perlu frustasi. Tercitra. Kau cantik, apa adanya. Terbuai? Cukup percaya diri. Tercitra. Kau cantik, apa adanya. Terlena? Indah, pancarkan isi. Hey sayang, semua citra di layar kaca. Tak berarti, dibanding tampil natural. Semua ini, terjual, pluralitas tak berharga. Bayang semu dan tidaklah kekal. Ah sudahlah, tak perlu depresi.   




marijuanaut.
"Sebuah perjalanan astral pikiran. Mind expanding experience." [khemod]  

Halus, sang nebula sentuh diriku. Raih matahari, tinggalkan dunia. Berenang dalam lautan antar bintang. Ruang luas angkasa. Berjalan ke inti matahari. Semesta bersahabat kini. Sinsemilla, temani diriku. Bermandikan cahaya solaria. Kudekati bulan yang magis. Melampaui debu-debu kosmik. Meraih horizon galaksi. Tinggi disini, astral bebas. Marijuanaut. Pesawatku menyelam dan meregang. Yad Al-Jauza, dia memanggilku. Menuju cahaya, aku melengang. Semua kendali terpegang penuh. Marijuanaut.   



lagu ini tidak sependek pikiranmu.
"Solve this, smartass! "[sammy]  

Arinat usisal. Ikitat imelum. Akenan umasuk. Akinat umesum. Iketun idalak. Akanan umesuh. Katana mahuku. Acedon ulahik. Bumila satari. Acikot alinil. Utalan aperih. Kikasu medupa. Bikasa bemipu. Cikota limilu. Ciketotana limahiluku!    kilometer terakhir. Beberapa rekan pernah menggambarkan musik Seringai sebagai musik ‘bikers rock’. Tidak bermaksud untuk membuat sebuah istilah atau genre baru, tapi sejujurnya istilah tersebut cukup sesuai dengan musik oktan tinggi kami. Dan lagu ini, adalah interpretasi kami, dari lirik maupun musik. [arian13]   Melompat ke sadel, dan kuhantam sang selah. Melawan arah, ku tantang maut, indah. Terasa lepas. Melesat di jalan, kilometer terakhir. Ya, ku hampir tiba, kilometer terakhir. Kubakar bensin, mesin ini meradang. Pacu motor, kutuju matahari. Tancap! Melesat di jalan, ya, ku hampir tiba. Angin menerpaku, serigala lepas. Roda berputar, kilometer terakhir. Hampir esok, seperti kemarin. Kilometer terakhir. 


*from ARIAN13 note*

Tidak ada komentar:

Posting Komentar