Rabu, 02 November 2011

Air untuk masa depan

"FEATURE HUMAN INTEREST"
gatau deh tulisan singkat ini bisa dikatakan feature atau bukan, gak terlalu berbakat nulis soalnya, apa salahnya mencoba. right?

Air untuk masa depan

Seperti sudah membudaya di negeri ini, Jika sudah terjadi, barulah kita sadar untuk kemudian perduli.  Kurangnya kesadaran dan kepedulian masyarakat untuk menjaga dan melestarikan akses ke sumber air yang masih ada serta kurangnya perhatian dari pihak terkait untuk menanggulanginya merupakan permasalahan serius yang membuat kepala kita “pecah” memikirkannya suatu saat nanti.
Jumat (28/10) petang itu belasan pedagang air keliling tampak berkumpul di sekitar jalan Ikan bawal, tidak berada jauh sebelum jalan satu arah yang menuju Taman Dipangga, Teluk Betung, Bandar Lampung. Sebagian dari mereka tampak asik dengan kegiatannya memompa air tanah, gerobak mereka diparkir sesuai urutan kedatangan, untuk menunggu giliran pengisian air dari sumber air yang berasal dari pompa air manual milik salah seorang pengusaha industri rumah tangga setempat. Setiap gerobak rata-rata memuat 10 hingga 12 jerigen air berkapasitas 20 lt. Pemilik sumber air ini, bapak Iwan Sudharta  memasang tarif seribu rupiah untuk satu jerigen dan dirinya membebaskan para pedagang air ini menjualnya kembali ke masyarakat dengan harga yang bervariasi antara 15 ribu hingga 18 ribu rupiah per-gerobak.

Daulu mah awalnya sumber air punya bapak saya ini Cuma dipake sama orang – orang Cina yang sembahyang di Vihara Thay Hin Bio “. Ucap Bapak Iwan sedikit berbisik. Dan pada saat itu pula para pedagang ini hanya berjualan pada saat musim kemarau tiba. Namun sejak pabrik-pabrik banyak bermunculan di kawasan perindustrian pinggir pantai (Baca: Teluk Betung Selatan) di akhir tahun 80 – an, pemandangan lalu-lalang pedagang air keliling ini menjadi sangat mudah dijumpai. Hadirnya industri yang menyebabkan sumur warga setempat mengalami kekeringan menjadi salah satu faktor penyebab menjamurnya pedagang air keliling tersebut. Sungguh ironis, daerah yang dulunya merupakan salah satu sumber air yang berkualitas dikota ini justru sekarang airnya terbatas karena tercemar.

Suplai air bersih dari PDAM Way Rilau yang diharapkan warga setempat pun belakangan sangat sulit diandalkan. Bila pun mengalir, itu baru datang saat tengah malam tiba, dan tak jarang baru mengalir saat dini hari menjelang subuh. “Jangan bayangkan airnya mengalir deras seperti air pancuran, mengalir sebesar puntung rokok pun tidak”. Ucap Bapak Sudharta dengan nada sinis. Ya, dimata saya sosok Iwan Sudharta seperti penghapus gelap penerbit terang, seseorang yang cukup dibilang mulia, ditengah kesulitan warga akhir – akhir ini mencari air bersih untuk keperluan sehari – hari, Sudharta menawarkan sumber air pribadinya yang cukup berkualitas dan terjaga keterandalannya dengan harga yang sangat terjangkau, airnya bebas dari kontaminasi hasil “ampas” usaha industri pabrik yang ada disekitar. Air bersih memang merupakan kebutuhan yang sangat mendasar dalam kehidupan manusia. Untuk mendapatkan sumber air beberapa dekade lampau kondisinya tidak sesulit sekarang. Mata air banyak, air dari sumur berlimpah, bahkan air permukaan pun masih layak digunakan untuk kebutuhan sehari-hari. Seperti sudah membudaya di negeri ini, Jika sudah terjadi, barulah kita sadar untuk kemudian perduli.  Kurangnya kesadaran dan kepedulian masyarakat untuk menjaga dan melestarikan akses ke sumber air yang masih ada serta kurangnya perhatian dari pihak terkait untuk menanggulanginya merupakan permasalahan serius yang membuat kepala kita “pecah” memikirkannya suatu saat nanti.

Air merupakan unsur utama bagi hidup kita di planet ini. Kita mampu bertahan hidup tanpa makan dalam beberapa minggu, namun tanpa air kita akan mati dalam  beberapa hari saja. Dalam bidang kehidupan ekonomi modern  kita, air juga merupakan hal utama untuk budidaya pertanian, industri, pembangkit tenaga listrik, dan transportasi. Semua orang berharap bahwa seharusnya air diperlakukan sebagai bahan yang sangat bernilai, dimanfaatkan secara bijak, dan dijaga terhadap cemaran. Namun kenyataannya air selalu dihamburkan, dicemari, dan disia-siakan. Hampir setengah penduduk dunia dan hampir seluruhnya di negara-negara berkembang, menderita berbagai penyakit yang diakibatkan oleh kekurangan air, atau oleh air yang tercemar
Aer ini, semua yang ada alam ini ya punya yang diatas, saya cuma dititipin sumber air ini, alangkah baiknya kalo saya berbagi, dan saya gak munafik untuk menyambung idup dari dulu gini-gini aja asal buat makan sama anak aja”. Ucap Pak Sudharta dengan nada lirih sambil melihat kearah istrinya.


Hasil studi memprediksikan bahwa Indonesia termasuk negara yang terancam akan mengalami krisis air bersih ditahun 2025. Apakah kalian merasakannya? Dimana – mana orang sibuk mencari air bersih yang sepertinya sudah menjadi barang langka padahal air adalah product gratis pemberian Tuhan untuk manusia tanpa harus bersusah payah untuk memproduksi dan kita sebagai manusia hanya diwajibkan menjaga agar air tetap bersih sehingga bisa dimanfaatkan untuk kebutuhan manusia sendiri
                                         
Karena memang ini kebutuhan pokok masyarakat, dikatakan kan pokok? Cobalah kita sama sama sadar, walaupun saya dapet uang ya dari aer tapi terkadang saya sedih liat masyarakat waktu dateng kemarau berkepanjangan seperti sekarang-karang ini, cobalah bareng-bareng kita jaga aer yang masih ada, hemat aer, jangan buang sampah sembarangan apalagi disungai, harepan saya juga cobalah pihak terkait seperti pemertintah dan pihak swasta kerja sama, coba beri peringatan, cari solusi gimana cara ngakhirin krisis aer bersih terutama didaerah ini”. Pesan pak Sudharta di akhir pembicaraan.

Ya, terasa sangat penting memang menjaga lingkungan, menjaga keterandalan air bersih agar tidak menyesal dikemudian hari. Mungkin lagu dari grup band Slank berikut bisa mewakili pendapat akan fenomena krisis air dan sedikit memotivasi kita untuk tetap menjaga dan memelihara lingkungan.

Ketika sungai sungai kotor, Mata air terkontaminasi
Ketika air tanah berlimbah, Jangan cuma diam dan menunggu, Berbuatlah untuk air.
Ketika sumur sumur mengering, Ketika bumi makin memanas
Sumber kehidupan gak ada lagi, Jangan cuma diam dan menunggu
Hey berhematlah berhematlah, Berhematlah untuk air
Krisis krisis air air krisis
Krisis krisis air air krisis
Ketika kesegaran hilang, Ketika kehausan datang
Ketika kematian menjelang, Jangan cuma diam jangan menunggu
Berlarilah berlarilah berlarilah, Berlarilah untuk air

Ember kosong mencuri tenang dari tidurku, Lagi lagi bingkai mimpi kehilangan satu sudut
Percuma aku bangun, Yang kulihat hanya bumi menangis sendu, Air berteriak sampai kering
Detak jantung hutan berhenti ditusuki ranting kering, Penyakit datang berakhir kematian
Bukan karena perang tapi langkanya air bersih,
Kotori saja bumi kita biar senang puaskan diri sendiri
Habiskan sumber mata air kita buat cepat dunia binasa
Apakah itu keinginan kita?
Apa yang telah kita lakukan pada bumi kita?
Sampai kapan aku butuh nafas untuk berhati bersih?
Bumi rindu penyelamat air kehidupan
Apakah anda penyelamat itu?
Ayo beri air pada anak cucu, Tapi bukan air mata

Cadangan air baku atau air bersih terutama di kota-kota besar kini sudah semakin menipis dan sulit didapat. Bila tidak kita mulai sekarang untuk turut berperan mengembalikannya, lalu kapan lagi ? Haruskah negara yang “katanya” kaya akan air justru krisis air akibat perbuatan kita sendiri?